Produksi pembuatan Film
Dalam memproduksi sebuah film atau video sutradara mempunyai tanggung jawab penuh dalam memimpin dan mengintruksikann atau memberi arahan kepada seluruh tim, baik pemain maupun kru film.
Sutradara akan bekerja secara bertahap sesuai dengan konsep artistic yang telah dijabarkan dalam bentuk gaya, teknik, sikap dan karakter yang mewarnai seluruh penampilan dalam film dan video.

Dalam buku film Art; An Introduction karya Bordwell, David & Kristin Thompson Formula dari bentuk naratif dalam Struktur Hollywood Klasik yang telah di intisarikan adalah sebagai berikut.
a. Karakter atau tokoh utama yang sering disebut dengan protagonis yang merupakan agen sebab akibat. Dalam peristiwa yang dipaparkan harus memilki tujuan (goal), kebutuhan (need), dan hasrat (desire). Melalui hasrat setiap karakter menginginkan sesuatu dan memunculkan tujuan dalam hidupnya.
b. Setting adalah ruang dan waktu di mana tokoh berada dan dalam peristiwa apa yang terjadi. Dalam penjelasan ruang dan waktu harus jelas dan detail agar penonton dapat memahami dimana dan kapan tokoh itu berada.
c. Sebab dan akibat dalam film harus dijelaskan dengan baik kepada penonton, titik temu dan hambatan dalam film yang biasa disebut konflik dari anatagonis dan protagonis yang akan muncul terus menerus didalam film yang menjadikan meningkatnya nilai dramatik dalam film yang membuat penonton ingin melihat penyelesaian dari masalah tersebut.
d. Pada bagian akhir film terdapat closure atau penyelesaian masalah dari usaha protagonis dalam mewujudkan tujuan, kebutuhan dan hasratnya. Hollywood Klasik harus berakhir dengan happy-ending yang berfungsi untuk memuaskan penonton.
e. Struktur Dramatik dalam Hollywood Klasik dari tiga bagian yakni Babak I (Opening) pengenalan terhadap tokoh, Babak II (Middle) membahas paparan tentang konflik yang akan dilalui oleh si tokoh, Babak III (Ending) penyelesaian dari tokoh atau berhasilnya tujuan dari tokoh utama. Penggunaannya tiga babak yang tidak boleh dilanggar agar film dapat menjadi kesatuan yang utuh.
Sutradara juga diharuskan untuk memahami keseluruhan konsep film agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, dalam penyusunan konsep film.

A. Setting
Setting merupakan seluruh latar belakang yang bersamaan dengan property yang digunakan. Setting harus bisa meyakinkan penonton jika film tersebut tampak sungguh sungguh terjadi pada waktu dan lokasi yang diceritakan.
Setting terdiri dari 5 dua jenis yakni : set Studio dan On Location.
Fungsi setting sendiri yakni menentukan ruang dan waktu, status sosial dan motif atau symbol yang ingin disampaikan oleh si pembuat film.
B. Kostum Dan Make Up
Kostum bisa dikatakan sebagai, segala sesuatu yang melekat pada tubuh tokoh secara konsisten. Dalam hal ini kostum harus dibedakan dengan wardrobe yang berada di bawah ranah managemen produksi.
Kostume tidak hanya terbatas pada pakaian, tapi juga property (hand prop) yang melekat pada tubuh karakter.
Make up dalam film tidak hanya digunakan untuk merias wajah, sebab yang dipoles bisa saja mencakup semua tubuh termasuk wajah. Dalam produksi film dikenal dua jenis make up yaitu, Make up Natural dan Make Up karakter.
C. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu unsur paling penting dari seluruh mise-en-scene sebab, apabila tidak ada cahaya penonton hanya akan melihat gelap semata. Selain untuk menerangi objek, cahaya juga berfungsi untuk membangun suasana (mood) dan memberikan kesan tiga dimensi pada penonton.
D. Gerak dan Figur Ekspresi
Figur yang dimaksud disini adalah yang dikenal kebanyakan orang sebagai karakter atau tokoh. Mengapa menggunakan kata figur, dikarenakan dalam film tidak selalu dimainkan oleh manusia.
Dengan kata lain figur bisa mmerupakan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan dalam wujud fisik maupun non fisik. Mengapa harus dimanusiakan.
Sebab bagaimanapun juga pendekatan realims tetaplah dipegang oleh si pembuat film agar mampu memngontrol mise-en-scene.
Peran Sutradara berlangsung pada sluruh proses produksi film yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sarumpaet, Gunawan, dan Ahcnas dalam buku Job Description Pekerja Film (2008:63) kemudian menjelaskan prosedur dan teknik kerja seorang sutradara ke dalam tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Dramaturgi menurut teori Erving Goffman teridiri dari Front Stage (depan panggung) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage (depan panggung) yaitu panggung yang berfungsi mendefiifkankan suatu penyaksi pertunjukan, disini seorang actor cenderung menampilkan sisi terbaiknya agar pertunjukan berjalan lancar.
Front Stage dibagi menjadi 2 bagian, yang pertama setting yaitu pemandangan fisik yang harus berbagai macam pembahasa perasaan sang aktor.
Back Stage dalam drama turgi menjelaskan mengenai gambaran ada sesuatu hal yang diinginkan oleh aktor untuk tidak diketahui oleh penonton.
Sutradara akan bekerja secara bertahap sesuai dengan konsep artistic yang telah dijabarkan dalam bentuk gaya, teknik, sikap dan karakter yang mewarnai seluruh penampilan dalam film dan video.

Dalam buku film Art; An Introduction karya Bordwell, David & Kristin Thompson Formula dari bentuk naratif dalam Struktur Hollywood Klasik yang telah di intisarikan adalah sebagai berikut.
a. Karakter atau tokoh utama yang sering disebut dengan protagonis yang merupakan agen sebab akibat. Dalam peristiwa yang dipaparkan harus memilki tujuan (goal), kebutuhan (need), dan hasrat (desire). Melalui hasrat setiap karakter menginginkan sesuatu dan memunculkan tujuan dalam hidupnya.
b. Setting adalah ruang dan waktu di mana tokoh berada dan dalam peristiwa apa yang terjadi. Dalam penjelasan ruang dan waktu harus jelas dan detail agar penonton dapat memahami dimana dan kapan tokoh itu berada.
c. Sebab dan akibat dalam film harus dijelaskan dengan baik kepada penonton, titik temu dan hambatan dalam film yang biasa disebut konflik dari anatagonis dan protagonis yang akan muncul terus menerus didalam film yang menjadikan meningkatnya nilai dramatik dalam film yang membuat penonton ingin melihat penyelesaian dari masalah tersebut.
d. Pada bagian akhir film terdapat closure atau penyelesaian masalah dari usaha protagonis dalam mewujudkan tujuan, kebutuhan dan hasratnya. Hollywood Klasik harus berakhir dengan happy-ending yang berfungsi untuk memuaskan penonton.
e. Struktur Dramatik dalam Hollywood Klasik dari tiga bagian yakni Babak I (Opening) pengenalan terhadap tokoh, Babak II (Middle) membahas paparan tentang konflik yang akan dilalui oleh si tokoh, Babak III (Ending) penyelesaian dari tokoh atau berhasilnya tujuan dari tokoh utama. Penggunaannya tiga babak yang tidak boleh dilanggar agar film dapat menjadi kesatuan yang utuh.
Sutradara juga diharuskan untuk memahami keseluruhan konsep film agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar, dalam penyusunan konsep film.
Sutradara perlu menentukan segala unsur yang terlihat dalam layar atau mise-en-scene
Dalam Buku-buku dasar Mise-en-Scene menyebutkan bahwa mise-en-scene merupakan segala sesuatu yang terlihat secara kasat mata di layar melalui dari sudut pandang si pembuat film. Terdapat beberapa unsur yang terdapat dalam mise-en-scene sebagai berikut.
A. Setting
Setting merupakan seluruh latar belakang yang bersamaan dengan property yang digunakan. Setting harus bisa meyakinkan penonton jika film tersebut tampak sungguh sungguh terjadi pada waktu dan lokasi yang diceritakan.
Setting terdiri dari 5 dua jenis yakni : set Studio dan On Location.
Fungsi setting sendiri yakni menentukan ruang dan waktu, status sosial dan motif atau symbol yang ingin disampaikan oleh si pembuat film.
B. Kostum Dan Make Up
Kostum bisa dikatakan sebagai, segala sesuatu yang melekat pada tubuh tokoh secara konsisten. Dalam hal ini kostum harus dibedakan dengan wardrobe yang berada di bawah ranah managemen produksi.
Kostume tidak hanya terbatas pada pakaian, tapi juga property (hand prop) yang melekat pada tubuh karakter.
Make up dalam film tidak hanya digunakan untuk merias wajah, sebab yang dipoles bisa saja mencakup semua tubuh termasuk wajah. Dalam produksi film dikenal dua jenis make up yaitu, Make up Natural dan Make Up karakter.
C. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu unsur paling penting dari seluruh mise-en-scene sebab, apabila tidak ada cahaya penonton hanya akan melihat gelap semata. Selain untuk menerangi objek, cahaya juga berfungsi untuk membangun suasana (mood) dan memberikan kesan tiga dimensi pada penonton.
D. Gerak dan Figur Ekspresi
Figur yang dimaksud disini adalah yang dikenal kebanyakan orang sebagai karakter atau tokoh. Mengapa menggunakan kata figur, dikarenakan dalam film tidak selalu dimainkan oleh manusia.
Dengan kata lain figur bisa mmerupakan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan dalam wujud fisik maupun non fisik. Mengapa harus dimanusiakan.
Sebab bagaimanapun juga pendekatan realims tetaplah dipegang oleh si pembuat film agar mampu memngontrol mise-en-scene.
Peran Sutradara berlangsung pada sluruh proses produksi film yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sarumpaet, Gunawan, dan Ahcnas dalam buku Job Description Pekerja Film (2008:63) kemudian menjelaskan prosedur dan teknik kerja seorang sutradara ke dalam tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Dramaturgi menurut teori Erving Goffman teridiri dari Front Stage (depan panggung) dan Back Stage (panggung belakang). Front Stage (depan panggung) yaitu panggung yang berfungsi mendefiifkankan suatu penyaksi pertunjukan, disini seorang actor cenderung menampilkan sisi terbaiknya agar pertunjukan berjalan lancar.
Front Stage dibagi menjadi 2 bagian, yang pertama setting yaitu pemandangan fisik yang harus berbagai macam pembahasa perasaan sang aktor.
Back Stage dalam drama turgi menjelaskan mengenai gambaran ada sesuatu hal yang diinginkan oleh aktor untuk tidak diketahui oleh penonton.
Posting Komentar untuk "Produksi pembuatan Film"